Jumat, 06 September 2013

The Destiny Did

Ada jutaan kisah selain aku dan kamu malam itu. Ada entah berapa puluh juta cinta disana. Namun ku rasa tiada yang paling baik.
Walau berjalan sederhana namun kita merajut dengan indah.
Karena memang seperti lilin yang yang terbakar namun penuh makna. Seperti pelangi yang datang setelah hujan. Atau seperti bintang malam yang senantiasa ditunggu hadirnya.
Indah sekali. Sempurna. Seakan tiada celah.

Setelah ku terima kepastian, dengan semangatku berlari menuju wilayahmu. Ada berbagai tempat yang kita bisa habiskan untuk kali ini.

Begitu tiba, senyumanmu yang ku dapat. Ahh, entah bagimana caranya kau selalu bisa membuatku terpesona. "Cantik banget sih malem ini", spontan aku berkata. Dia hanya merespon dengan cubitan kecil disertai dengan cinta ku pikir. Tak terasa sakit sama sekali.

Bagaimana kita melewatkan aku tak tahu. Aku tak memperhatikan waktu. Bayangkan saja aku habiskan satu malam bersama makhluk yang paling dicintai.

Malam itu, senyuman mu aku ingat jelas, suaramu masih terekam jernih, indahnya kamu. Hingga aku membusung dada seakan tiada lagi pria seberuntung aku.

Ketika malam pun kian pekat, kita kembali. Serasa bagai pria yang paling kuat, saat kau berlindung di balik raga ini dari terpaan dingin malam.

Dan...
Dan.. Disaat tiba kau menangis. Rintih. Hingga tak tahu apa yang harus aku lakukan.

"Can we stay for a minute?"

"Impossible dear. It's too late now"
 
"You. The person that I want to spend my love with. But if the destiny will speak different, You know it still remain, dear". Dia selesaikan kalimatnya dengan memelukku erat.

Andai saja aku tau itu yang terakhir darimu yang bisa aku dapatkan. Mungkin rela ku tancapkan saja sebilah belati di dada kiri. Ku kira indah bila mati di dalam pelukan mu.