Sabtu, 21 April 2012

Akhir seperti Awal

Who knows about the future?
Who knows where the destiny bring you up or maybe down?
Who knows what the time gonna treat you be?

Gak.
Gak ada yang tau.

tapi entah bagaimana akhir dari ini, aku ingin berakhir seperti di awal
berakhir sebagaimana yang terlantun dalam doa
berujung sebagaimana pengharapan yang kian kali menjadi bunga dalam mimpi

bila tidak?
jika semesta masih mengijinkan, aku akan berlari kembali meraih akhir seperti di awal.
jika semesta enggan lagi, masih ada sisa secuil hati, akan kugunakan untuk mengikhlaskan diri

semoga aku berakhir sebagaimana aku berawal.

Jumat, 20 April 2012

Inspirasi dari seekor bebek

Sebelum baca postingan ini, perlu gue kasi tau kalo isi dari postingan ini gada hubungannya sedikit pun dengan bebek. Entah mikir apa gue bisa ngasih judul itu -___-
Jadi dont judge the "postingan" by the "judul"



Lagi. Sekali lagi postingan kali ini tentang cinta. Ya emang mau gimana lagi? Inspirasi emang lagi mengarah kesana. Dan si "lima huruf" ini pun gak akan pernah habis buat dibahas.

Cinta..
Pernah punya mantan? Kalo iya, sekarang udah punya pacar baru lagi kan? Lalu bandingin deh, gimana perasaan cinta ke mantan waktu pacaran dulu ama cinta yang dijalani ama pacar yang sekarang? Sama? Beda? Menurut gue sama aja.

Siapa pun pacar kamu sekarang, pasti bakal ngerasain rasa yang sama. Gak ada yang beda. Dan seketika bahagia itu datang seketika keyakinan dalam hati muncul bahwa si dia lah akhir dari cerita cinta kita, bahwa dia lah satu2nya cinta dan tak ingin pisah darinya.

Dan kemudian? Putus.....
Kenapa bisa putus? Dimana keyakinan yang kemarin?

Jadi bisa gue simpulin, bahwa cinta itu masalah keyakinan. Yakinkan selalu bahwa kamu lah yang terbaik untuknya dan hanya dia yang terbaik buatmu. Bukan rasa cinta nya yang dijagain, atau komunikasi, atau apalah. Keyakinan yang mempercayai bahwa seluruh haru biru cinta dalam hati itu hanya untuknya. Gak ada yang lain. Gue percaya, kalo keyakinan ini bisa dijaga, apapun yang mencoba hancurkan cinta kalian pasti bisa dilewati.

Walau gue tau, seyakin apapun kita akan cinta kita sendiri, masih ada takdir yang bisa merobohkan. Itulah sebabnya gue selalu melafalkan namamu dan apa yang ada diantara kita disetiap sujud dan setiap tangan mengadah memohon. Inginkan cinta ini akan berjalan sejauh waktu berputar dan sepanjang nafas terhembus. Amin.

Tapi bro, terlalu yakin juga gak baik. Bahkan terlalu yakin bisa ngerusak hubungan yang ada. Maksudnya?
Gue pernah ngalami itu. Ketika gue pacaran (dulu, bukan pacar yg sekarang ya. hehehe) dan akhirnya gue putus karna beda keyakinan. Beda keyakinan? YA. maksud beda keyakinan disini bukan beda agama, tapi gue yakin gue ganteng, tapi si doi enggak. Dan akhirnya kita putus karna sudah tak sejalan lagi #antiklimaks #jleb

Senin, 16 April 2012

TELETUBBIES

Pernahkah Anda Berpikir Tentang Teletubbies?


Beberapa hari yang lalu gue pergi ke Kota Tua untuk dinner dengan seseorang. Di sana kita tiba sekitar jam delapan malam, dan tadinya kita mau naik sepeda ontel keliling di depan museum Fatahillah. Ya, romantis sama kurang kerjaan emang beda tipis.
Ketika kita sampai di kawasan Kota Tua, ternyata di depan museum Fatahillah sedang ada pengajian. Kami pun menubruk dengan liar orang-orang yang sedang mengaji, kami pun mengurungkan niat bersepeda ontel. Kami pergi ke Cafe Batavia, dan ngobrol di sana sambil ngemil.
Di tengah-tengah percakapan di Cafe Batavia, tiba-tiba pembicaraan jadi mengarah ke tontonan masa kecil, lalu mengarah ke Teletubbies. Di tengah pembicaraan Teletubbies ini dia tiba-tiba berkata, ‘Eh, lo pernah gak berpikir tentang teletubbies?’
Maksudnya?’ tanya gue, gak paham.
‘Iya, Teletubbies itu kalo dipikir-pikir kasian banget deh. Lihat deh mereka, empat makhluk gak jelas warna-warni, dengan benda aneh di kepalanya, dan kerjaannya berpelukan. Mereka mungkin gak punya bapak, gak punya ibu. Lo mikirin gak sih?’
Lalu dia, ini beneran, matanya mulai berkaca-kaca.
Gue juga gak tau kenapa dia sampai hendak menangis, tapi menurut dia Teletubbies hidup dalam kondisi yang memprihatinkan. Setelah gue pikir-pikir, omongan dia ada benarnya. Berikut adalah hal-hal yang gue pikirkan tentang Teletubbies, yang menurut gue seharusnya dipikirkan oleh orang lain juga:


1. Teletubbies itu Yatim Piatu

Teletubbies gak punya bapak dan ibu. Kita tidak pernah melihat bapak-ibu Teletubbies (kita panggil saja papatubbies dan mamatubbies). Gue rasa, mereka setiap malam, sebelum tidur pasti berpikir, “Mamatubbies, di manakah Mamatubbiesku?” Mereka tidak memiliki kehangatan seorang ibu yang sangat diperlukan pada usia-usia pertumbuhan mereka. Kasihan.

2. Teletubbies itu Orang Dusun

Teletubbies hanya bermain di gunung dengan hamparan rumput luas. Kita tidak pernah melihat Teletubbies ke mall. Ini berarti, Teletubbies mungkin lebih katro daripada yang kita bayangkan. Bisa-bisa kalo Teletubbies main ke mall Grand Indonesia mereka bisa semaput membayangkan betapa besarnya mall tersebut. Kemungkinan besar juga, Teletubbies bau ketek.

3. Teletubbies Punya Kehidupan Sosial yang Memprihatinkan

Sepanjang pengamatan gue, Teletubbies hanya punya satu teman, dan dia berbentuk vacuum cleaner. Bisa dibayangkan betapa memprihatinkannya kehidupan para Teletubbies ini. Mereka hanya berteman dengan alat pembersih rumah! Curhatnya pun juga hanya ke vacuum cleaner ini, bisa dibayangkan jika mereka sedang saling berkelahi dan curhat hanya ke satu orang (atau, dalam hal ini, satu objek rumah tangga), maka si vacuum cleaner bisa tidak objektif dalam mendengarkan curhat masing-masing.

4. Teletubbies Kemungkinan Besar Pemulung

Makanan favorit Teletubbies adalah pancake dan mereka memasaknya setiap pagi. Tapi yang kita tidak tahu adalah ini: mereka bisa dapet duit dari mana untuk bikin pancake? Pancake tentu tidak murah untuk di beli, jika satu porsi seharga 25 ribu, maka empat pancake menghabiskan 100 ribu perhari, atau 3 juta rupiah per bulan. Padahal, seperti kita tahu, Teetubbies tidak mempunyai pekerjaan tetap. Mereka hanya berpelukan, itu pun tidak digaji. Jadi, darimana datangnya duit para Teletubbies ini? Kemungkinan besar mereka menjadi pemulung untuk memuaskan hobi mereka makan pancake tersebut.

Atas empat hal tersebut, gue jadi mikir…
ternyata dia ada benernya juga.

Jadi,
pernahkah Anda berpikir tentang Teletubbies?

Karena kalau bukan kita,
siapa lagi yang memikirkan tentang nasib malang mereka?






Radit'scorner

Jumat, 13 April 2012

Saat Semua Hanya Dalam Ingatan

Mengingat semua kebaikan dan ketulusan yang engkau berikan terdahulu, hingga terukir simpul senyum diriku sendiri

Mengubur kenangan kita yang bahkan belum mau mati

Melihat bayang wajahmu pada sebuah awan disuatu senja

Menunggu bayangan mu hadir dalam mimpi. sekedar mengulang kembali ingatan-ingatan tentang kisah kita yang seakan akan abadi dalam pikiranku

Menghangatkan genggaman tanganmu

Mengingat cara mu menasehati, mengingat bagaimana kita bercanda di telpon dahulu, sebelum  berpisah.

Mengingat janji-janji kita saat bersama, walau dengan akhir yang berbeda

Mengucapkan terima kasih, karena berpura-pura buta melihat semua kesalahanku

Mencoba rasakan kembali sisa parfum mu yang menempel di tubuh ini saat kita dekat, habiskan waktu di sisa-sisa hari

Mengingat rasa penasaran saat pesan mu muncul di telpon genggamku, merasa tersayat ketika orang lain meenyebutkan namamu, saat kita telah berpisah

Dan tak ada hari yang indah selain hari bersama mu

Hingga akhirnya aku masih bisa dan aku telah terbiasa, lafalkan nama mu dalam doa beserta harapan-harapan kita yang indah walau sekarang telah jauh berbeda






from raditya memory

Senin, 09 April 2012

Seperti Biasa

Seperti biasanya,
mata terbuka, hela nafas pertama yang terhirup sadar, dan ketika pikiran untuk kali pertama hidup memulai hari-hari seketika semua hanya tentang kamu.

Seperti biasanya,
kaki berjalan, pikiran memutar, segala tenaga tercurah selesaikan satu persatu keseharian, dan disela itu pula hanya terpikir kamu

Seperti biasanya,
ketika peluh telah membasahi dahi, ringankan sedikit degup jantung, istirahatkan sejenak raga, namun tak pernah sedetik pun waktu terbuang untuk berhenti mengingat, atau hanya sekedar ingin tau apa, dimana, sedang apa dan bersama siapa engkau disana

Seperti biasanya,
ketika silau matahari meredup, bulan mengisyaratkan akan senja dan ketika raga ini bersujud, namamu dan apa yang ada di antara kita tak luput ku sebutkan dalam munajat senja

Seperti biasanya,
ketika raga ini mati sesaat, ku mulai merangkai satu demi satu mimpi, melukis indah wajahmu dalam kelopak mata yang tertutup, dan coba menitip rindu terdalam kepada mereka entah itu kepada bintang, angin atau bidadari kecil yang ku sebut cinta, yang sengaja aku kirimkan untuk menjaga hatimu ketika kau diluar jangkau mataku, diluar jangkau lenganku.


Dan seperti biasa, aku gantungkan segala akhir cerita hidup bersama denganmu, membuat usaha sihir untuk wujudkan semua inginmu, mengabaikan ketakutanku akan apapun yang mengganggu dan berusaha merebut ini dariku.
Akhir dari seperti biasanya, segenap perlakuan dan keras keinginan akan selalu tersematkan dalam jiwaku untuk selalu bersamamu...

Hingga hari ku menutup, dan ku mulai esok harinya seperti biasa.