Sabtu, 18 Agustus 2012

The Confession

Bagaimana sesuatu yang indah kian begitu menyesatkan?

Seharusnya ini mudah. Aku suka, aku sayang. Lalu menuai beberapa rasa rindu. Dan tanpa diperintah pun segala tindakan pun berusaha menunjukkan rasa. Secara samar-samar menyalurkan sedemikian indah cinta.

Hingga sampai saat ini. Entah kamu merasakan atau tidak. Entah kamu menyadari atau tidak. Entah kamu mengakui atau tidak. Atau bahkan kamu merasakan, menyadari namun tak ingin mengakui? Entahlah.
Sesungguhnya seandainya kamu bisa mengerti, tanpa mengesampingkan keinginan untuk terbalaskan, beberapa perasaan ini hanya ingin pengakuan olehmu.

Sungguh ini serasa membunuh perlahan. Hampir lelahku meneruskan

Jumat, 17 Agustus 2012

Indonesia Merdeka, Aku (belum) Juga

DIRGAHAYU INDONESIA 67...

dimana-mana, disetiap iklan di tipi koran, di majalah, banner di jalan-jalan, dan semua bertuliskan kalimat di atas tadi. Bahkan udah bisa ngalahin ketenaran sensasi klinik Tong Fang. (hahahaha)

Oke. Indonesia udah merdeka. Udah 67 Tahun sob. Untuk usia manusia jelas itu bukan usia yang muda lagi. Manusia yang berumur 67 tahun itu ya sifatnya..emm.. anu.. emm ya kayak orang tua deh. Kalo dia muslim dia bakal rajin sholat, rajin beramal (maklum ntar lagi bau tanah) ehh. Pokoknya seusia itu diikuti dengan pemikiran yang lebih lebih dan lebih dewasa.

Balik ke laptop, maksudku balik ke masalah Dirgahayu Indonesia tadi.
Apa yang kita dapet selama merdeka 67 Tahun?
Apa perubahan selama merdeka 67 tahun?

Senin, 13 Agustus 2012

Talk To The Moon

Malam ini. Kelamnya malam sedikit memudar karna begitu banyak bintang yang berkelip manja. Sedangkan bulan dengan cahaya semunya juga sumbangkan sedikit terang.

Tidak seperti biasanya. Fabian di rumah. Menikmati malam yang tak pernah ia lewatkan di rumah. Ga ada gelas berdentingan, teriakan-teriakan euforia frustasi, tak ada asap tebal nikotin. Tidak. Ga ada acara berkumpul dengan teman-teman. Setidaknya untuk malam ini.

Ada yang merubah Fabian. Sosok yang paling berpengaruh atas senyumnya, tawanya, dan bahagianya. Dan juga sumber dari segala keresahan yang dirasakan. Deny, adalah wanita dengan sejuta misteri yang sampai saat ini belum terpecahkan olehnya.

....


Hingga terduduk Fabian di suatu malam. Di sudut halaman rumahnya. Berteman dengan sebotol bir dan kotak dengan isi beberapa batang rokok. Sembari ia menyulut rokoknya, mata tak lepas dari pandangan bulan. Hembusan nafas beriring dengan putih pun berhamburan. Bersama beberapa pertanyaan, sedang apa, dimana dan bagaimana keadaan Deny sekarang.

Kamis, 09 Agustus 2012

Secretive

Aku kagum lalu kemudian sayang.
Aku merindu dan seketika cinta.

Walau kadang mendusta.
Mendusta untuk berpura-pura "tidak" walau sebenarnya "iya"
Munafikan debar ketika berjumpa, menangkap senyummu lalu terpana lembut suaramu.

Kamu indah, tapi aku yang resah
Aku yang cinta susah, tapi kamu tidak berkata seakan berpura-pura.

Sedikit tahukah..
Sakitnya hati ini saat tersedianya diri ini dalam sempitnya waktu hanya untuk menyebut namamu dalam keadaan hati yang merindu?
Sakitnya hati ini saat ku hibur diri, ratapi keluhan betapa kamu tak mengerti. Terlebih jika kita berakhir tak seperti apa yang aku harapkan?
Sakitnya logika ini saat memejamkan mata, bayangkan betapa sempurna aku bersanding dengan sempurnanya kamu?
Sakitnya ketika ku bermain dengan khayal, menyiasati takdir. Bahagia ku? Senang mu? Dan kita?
Sakitnya rindu, rasa gelisah, kehilangan sesuatu atas apa yang belum aku miliki, kamu?
Dan betapa harunya ketika merapalkan impian di dalam benak. Mengundangmu ke dalam mimpi. Dan bisikkan harapan kepada Mereka. Semoga terbaik untukku denganmu, terlebih kamu dengan atau tanpaku.

Selamat sayang, kamu ajarkan cinta hanya dengan pandangan dan tutur perilaku lemah gemulai.
Selamat sayang, kamu jadikan aku budak hatimu. Kini lepas sudah pasrah hati ini menerima titahmu kepadaku.

Sabtu, 04 Agustus 2012

Perfeksionis


Semesta pun merestui dan seakan berpadu dalam hati. Dalam tiap gerakannya hingga bahkan setiap bundar bola pejal kian mengamini dalam putaran porosnya.

Bahkan si kecil mitos bersayap pun seakan berjuang dalam kasat mata ini, membujuk rayu hatimu membuka pintu, menyambut tangan kasihku.

Dan hingga sepertinya detak jantung, denyut  nadi lirih mengamini setiap doa yang terpanjatkan, kepada harapan yang dibisikkan dengan lemah penuh harap. Bahwa hanya denganmu ku temui sejati, hanya denganmu batin ini serasi, hanya dengan mu jiwa ini merasakan kasih..dan sayang.

Begitu juga dengan mimpi, tak pernah luput dengan lukisan wajahmu, lengkung senyum manismu. Walau tak bisa aku bedakan antar tidur dan warasku. Hanya saja ketika terpejam atau terbukanya mataku hanya aku lihat wajahmu.

Selalu saja terjadi. Bagaimana pikiran ini berjalan, habiskan kekuatannya lewati kehidupan, memeras ide, bekerja maksimal. Namun tak pernah sedetik saja aku bebas dari belenggumu. Tak pernah sebentar saja aku bebas tanpa memikirkanmu.

Lalu tak bisa ku pula pungkiri resah gelisah ini, prasangka ingin tahu seketika muncul. Sedang apa, dimana, atau hanya ingin tau baik atau tidakkah dirimu hari ini. Hingga sedemikian ini semua merajut asa sedalamnya senandungkan rindu. Begitu derasnya sampaikan rasa candu. Ingin bertemu.

Kemudian bagaimana dengan doa. Ada namamu setelah ku sebut nama-Nya. Ada harapanku untuk bersamamu setelah ku bersyukur pada-Nya. Ada masa depanku yang ku harap bisa ku habiskan dengan mu saat aku memuji kuasa-Nya. Terselip kata-kata indah dari mulut dan mengadah harapan tangan ini kepada-Nya. Terlewati dengan dirimu di dalamnya.


Masih ingin berpaling dariku?
Masih ingin menjauh?
Masih tidak memperdulikanku?
Masih ada keraguan untukku?
Celakalah aku.