Senin, 13 Agustus 2012

Talk To The Moon

Malam ini. Kelamnya malam sedikit memudar karna begitu banyak bintang yang berkelip manja. Sedangkan bulan dengan cahaya semunya juga sumbangkan sedikit terang.

Tidak seperti biasanya. Fabian di rumah. Menikmati malam yang tak pernah ia lewatkan di rumah. Ga ada gelas berdentingan, teriakan-teriakan euforia frustasi, tak ada asap tebal nikotin. Tidak. Ga ada acara berkumpul dengan teman-teman. Setidaknya untuk malam ini.

Ada yang merubah Fabian. Sosok yang paling berpengaruh atas senyumnya, tawanya, dan bahagianya. Dan juga sumber dari segala keresahan yang dirasakan. Deny, adalah wanita dengan sejuta misteri yang sampai saat ini belum terpecahkan olehnya.

....


Hingga terduduk Fabian di suatu malam. Di sudut halaman rumahnya. Berteman dengan sebotol bir dan kotak dengan isi beberapa batang rokok. Sembari ia menyulut rokoknya, mata tak lepas dari pandangan bulan. Hembusan nafas beriring dengan putih pun berhamburan. Bersama beberapa pertanyaan, sedang apa, dimana dan bagaimana keadaan Deny sekarang.
Begitu pula dengan hati, seakan kompak dengan detak jantung serukan genderang rindu. Semua lirih bersorak. Hingga sampai puncaknya.

Bagaimana ini begitu membunuh Fabian. Just there is no way out. Hingga dirinya sendiri tak mengerti kemana ia akan membawa perasaan ini dan bagaimana perasaan ini akan membawanya.

....

Sedikit ilusi pun bermain. Seperti ada yang mengilhaminya. Seperti ada yang merengkuh resahnya. Entah hanya sebatas khayal, kini berdiri sesuatu di hadapannya yang dia sendiri tak tau bagaimana harus menyebutnya.

"Bagaimana, kamu mengerti bahwa setiap terindah itu memang sulit untuk dimengerti dan dimiliki?"

"Siapa anda?", tanya Fabian.

"Aku? Aku adalah doamu. Aku adalah resahmu. Aku adalah bait-bait cintamu. Aku juga adalah kolom-kolom rindumu. Dan akulah hatimu, juga cintamu dan bisikan-bisikan janji setiamu. Akulah yang kau kirimkan untuk selalu berada di sisi Deny.." jelasnya.

....

Hanya tertawa kecil sedikit sinis. Fabian berkata..
"Percuma. Begitu percuma engkau hadir. Ga ngerubah keadaan. Atau mungkin kau terlalu lemah. Tak adakah arti dirimu bagi Deny? Atau mungkin Deny yang mengacuhkanmu?

"Kita tak pernah tahu. Aku adalah bagaimana dirimu. Menyalahkan ku tentu kau menyalahkan dirimu dan perasaan-perasaan cinta dengan permohonan memelas itu"

"Lalu bagaimana sekarang, hah? Apa yang harus aku lakukan?"

"Relakan saja, ikhlaskan"

"Kemudian biarkan aku tepuruk? Sungguh merelakan orang yang terkasihi adalah jalan pintas membunuh diri. Tambah lagi bila dirinya bersama yang lain. Tak pernah ada yang seburuk itu"

"Lalu kau ingin memaksa? Bukankah kau tau sendiri bagaimana keadaan terpaksa adalah yang tak pernah sedikit pun mengandung dan mengundang kebaikan?"

"......."

"Apakah kau tak pernah tau bahwa bisa saja keajaiban yang akan datang untuk merubah semua? Apakah tak ada lagi ruangan di dalam hati untuk memohon harapan? Apakah hanya sampai disini ketangguhan dan usia dari cinta yang kau bilang sejati? Dan apakah pantas seseorang yang mudah putus asa dan pengecut sepertimu bersanding dengan Deny yang kau anggap terindah?

"Aku bosan berharap. Aku bosan menjudikan hidupku. Aku bosan bagaimana harpan mempermainkan hidupku. Aku bosan dilayang angan lalu dihujam tanpa perasaan"

"Lalu apa mau mu?'

"Aku ingin pertanyaan hati ini terjawab. Aku ingin resah ini terpecahkan. Aku ingin cinta ini terbalas, aku butuh kepastian. Aku butuh Deny"

"Hahahaha.. Tidak ada seorang penjudi yang menang di taruhan pertamanya, Fabian. Sadarlah!"

"Lalu aku harus apa lagi? Bermain dengan harapan? Aku cuma tak ingin dikecewakan !"

"Kau tau kalau kaulah yang menciptakan aku untuk berada di sisi Deny. Menjaganya, merayu hatinya untuk berpaling ke pelukanmu. Dan teruslah berharap. Lalu sematkan harapanmu dengan doa. Dan kuatkan mereka dengan bukti. Tunjukkan bagaimana hatimu kepadanya. Dan harapan akan berujung dengan eksekusi Yang Maha Kuasa. Dari Tuhan semua akan terjawab dan akan terjadi. Seketika Tuhan menjawab semua mimpi dan harapanmu, namun tak sesuai dengan apa yang kau minta. Jika kau tidak bersanding dengan Deny, ikhlaslah. Karna hanya hawa nafsu yang akan kecewa dengan ketetapan Tuhan. Bila kecewa juga menyelemutimu, matikan saja cintamu. Seseorang seindah Deny tak pantas dicintai dengan hawa nafsumu dan cinta keji tanpa ketulusan." Dan kemudian dia menghilang, disertai bulan yang bersembunyi dibalik awan malam.

Ternyata, Deny. Kaulah istimewa. Semoga angin membisikkan ini kepadamu. Betapa kesedian hati ini memuja dan menginginkan pengakuan darimu, berkata Fabian dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar